Polemik
Korea Utara dan Selatan berawal dari Perang Korea, 1950 hingga 1953.
Ini merupakan konflik pahit dan mahal yang berakhir di jalan buntu.
Siapa terancam kalah?
Hingga
kini, Korea Utara terus mengumpulkan pasukan militer konvensional yang
besar dan tangguh untuk ditempatkan di sekitar zona netral atau Zona
Demilitarized (DMZ) sebagai cara memulai invasi ke Korea Selatan.
DMZ
berada di sepanjang 250 kilometer dan lebar 4 kilometer dari Laut
Kuning, sisi barat Laut Jepang. Bertentangan dengan namanya, zona ini
terletak dalam satu kawasan dunia yang paling banyak berhubungan dengan
sisi militer.
Lebih
dari satu juta tentara dan 20 ribu kendaraan lapis baja serta artileri
berada di posisi siap di sekitar DMZ. Selain itu, kawasan tersebut
memiliki lebih dari satu juta ranjau darat dengan berbagai posisi
benteng yang dikemas dalam area kecil.
Ada
pula posisi strategis yang terletak di antara DMZ dan pusat kota
Pyongyang (sekitar 125 kilometer utara DMZ) dan Seoul (sekitar 40
kilometer di selatan DMZ).
Sebagai
perbandingan, pasukan di kedua sisi DMZ memiliki konsentrasi lebih
padat daripada mereka yang tercakup di Pakta Warsawa dan Pakta
Pertahanan Atlantik Utara di Eropa Tengah selama Perang Dingin.
Dalam
kurun beberapa tahun, banyak ahli menyangsikan kekuatan Korea Utara
sekaligus menyoroti peningkatan kemampuan militer Korea Sealtan.
Saat
perang berlangsung, pasukan Korea Utara menjadi semakin rentan kalah
karena muncul bala bantuan AS yang balas menyerang dengan amunisi
mutakhir. Jalur pasokan perang Korea Utara juga mungkin terganggu oleh
para sekutu serangan artileri dan udara yang akan menyulitkan pasokan.
Selain
itu, pertahanan Korea Selatan telah dipersiapkan dengan baik serta
angkatan bersenjata negara itu secara kualitatif unggul, meskipun
beberapa di antaranya sebanding dengan Korea Utara.
Sebagian
tentara Korea Selatan ditempatkan 250 kilometer di depan DMZ. Rasio
kekuatan mereka cukup padat dengan satu divisi per sepuluh kilometer.
Pasukan juga beroperasi di ranah udara sehingga pihak musuh sulit untuk
menembus pertahanan.
Hambatan
alami juga muncul di sungai dan rawa serta kombinasi penghalang buatan
seperti tambang, jembatan penghancur dan berbagai pasukan Korea
Selatan yang siap menyerang Korea Utara di zona membunuh.
Meskipun
tank K-1 Korea Selatan tidak memiliki kemampuan deteksi seperti US M1
Abrams, K-1 lebih unggul dan terlindungi dibandingkan tank usang Korea
Utara tipe-Soviet yang hanya mampu melakukan pertempuran antar tank.
Di
segala cuaca, kemampuan bergerak di malam hari juga merupakan
keunggulan tank milik Korea Selatan. Peralatan ini termasuk satelit
pengintai, pesawat RC-7B, pesawat surveillancetarget attack radar system (JSTARS), radar bawah tanah dan sistem deteksi penyusup dengan inframerah.
Di
udara, pesawat Korea Selatan juga unggul karena memiliki 500 pesawat
dan helikopter untuk menggagalkan serangan darat. Menggunakan data
perang teluk 1991 sebagai panduan, pasukan mereka bisa menghancurkan
satu kendaraan lapis baja dengan empat tembakan.
Mereka
juga bisa menghancurkan kira-kira satu kendaraan lapis baja untuk
setiap empat tembakan, menyebarkan Maverick, Hellfire dan rudal TOW
(tube optically wire) yang mirip seperti bom laser.
Oleh
karena itu, dalam teori, pasukan sekutu bisa menghancurkan beberapa
ratus kendaraan lapis baja Korea Utara per hari, meskipun perkiraan ini
dapat dipengaruhi oleh kondisi cuaca.
Seiring
waktu, target Korea Utara akan menjadi lebih sedikit dalam jumlah dan
lebih tersebar, namun kedatangan bala bantuan udara dari AS akan
meningkatkan densitas kekuatan udara di daerah operasi.
Pasukan
komando Korea Utara hanya akan memiliki kemampuan terbatas untuk
mengganggu pertahanan Korea Selatan. Pertama, serangan udara umumnya
membutuhkan keunggulan udara serta mengetahui letak artileri musuh dan
pertahanan udara mereka. Padahal, Korea Utara tidak akan bisa
mendapatkan salah satu dari syarat itu.
Kedua,
serangan lewat terowongan mungkin bisa lebih efektif meskipun pasukan
yang melalui lorong bawah tanah itu tidak mampu menembuh begitu jauh ke
dalam pertahanan Korea Selatan mengingat pendeknya jarak terowongan
itu.
Tambahan,
serangan lewat terowongan akan membuat pasukan Korea Utara rawan dibom
apabila pihak Korea Selatan tahu apa yang mereka lakukan. Pasukan
Khusus Korea Utara juga sulit menggunakan kapal selam untuk menyusup
mengingat perangkat ini terbatas.
Korea
Utara tidak dapat menyerang Korea Selatan tanpa menimbulkan kontra
dari serangan fatal AS dan Korea Selatan. Di sisi lain, Washington dan
Seoul sulit menggulingkan rezim Korea Utara dengan kekerasan atau
menghancurkan aset strategis militer mereka tanpa risiko kerugian yang
dahsyat dalam prosesnya. [mdr]
0 komentar:
Posting Komentar